Kita Peduli Kita Bisa Atasi

Arsip Penulis

KEMANDIRIAN

BUKAN SEKEDAR  HARAPAN

 

Menyusul kisah sukses KSM – KSM lainnya yang mengusung kegiatan yang sangat berguna bagi masyarakat miskin yang belum tersentuh oleh pihak terkait,kini KSM TIRTO MAKMUR II desa Sudimoro yang mengusung progam pengadaan air bersih dengan jenis kegiatan pembuatan “ Bak Penampungan Air Bersih “ telah berhasil menyelesaikannya dengan sempurna,yaitu telah dimanfaatkannya bak tersebut sebagai tempat penampungan air bersih,dimana dari bak tersebut dialirkan air bersih kerumah rumah warga sehingga warga bisa mengkonsumsi air yang higienis dengan standar kesehatan yang telah ditentukan.

 Pembuatan Bak Penampungan Air Bersih ini dilatar belakangi oleh keluhan warga desa Sudimoro yang sangat kesulitan air bersih,dimana air bersih merupakan hal yang sangat penting dan mendasar bagi kehidupan manusia.” Wah, air bersih  itu merupakan masalah klasik di Sudimoro mas, ” begitu kata pak Amin Santoso koordinator BKM.Sehingga dengan keprihatinan tersebut warga masyarakat mengajukan pembuatan sarana air bersih,sekaligus merespon dari progam PMPN Mandiri perkotaan yang berpihak kepada masyarakat miskin,dimana kebanyakan warga Sudiomoro yang kesulitan air bersih adalah warga miskin.Dengan sudah tersedianya sumber mata air tanah dan jaringan pipanisasi kerumah warga dan juga atas kebutuhan air bersih yang sengat penting, BKM Ngeremboko di desa Sudimoro merespon hal tersebut dengan dimasukannya progam air bersih di BLM I 2008 dengan KSM TIRTO MAKMUR II yang dibentuk oleh masyarakat sendiri.

 Maka mulailah warga merencanakan pembuatan penampungan air bersih,dengan melihat sumber dana yang ada dan lokasi yang ada,juga kapasitas air yang dibutuhkan maka KSM TIRTO MAKMUR II membuat bak dengan ukuran P = 3m, L = 2,5m, T  = 3m sehingga bak dapat menampung  ± 22.3 m³ air bersih.Dengan alokasi dana BLM 10 Juta rupiah dan dana Swadaya masyarakat sekitar 8Juta,juga didukung donator masyarakat setempat maka dimulailah pembuatan Bak Penampungan Air Bersih.

Bak penampungan yang terletak di tanah kas desa Sudimoro ini di bangun dengan cara gotong royong dimana semua lapisan masyarakat di RW I baik laki – laki ataupun perempuan , kaya dan miskin ikut bergotong royong.

 Bak penampung yang diarsiteki oleh warga lokal sudimoro ini dapat mencukupi kebutuhan warga di tiga Rt di RW I,dengan KK sekitar 150 orang dengan KK Miskin 95 orang.Dengan kapasitas Bak tampung ± 22.3 m³ didukung dengan pompa air berdaya 15 Pk dan listrik  2200 Watt,juga diukung pipanisasi dengan diameter 3/4”,  bak Tampung ini bisa memenuhi kebutuhan warga tanpa terlambat.Dengan system pipanisasi kerumah – rumah warga dan alat pengukur ( Meteran ) dimasing – masing pemanfaat maka penggunaan air bisa terkontrol oleh panitia yang mengelola Bak penampungan tersebut.

 Panitia yang terbentuk bertugas mengontrol dan mengelola dana iuran warga yang menggunakan air bersih ,dimana dana iuran tersebut ditarik tiap bulan, sehingga bak air dapat terawat dan terkelola dengan baik,dan kondisi air tetap sehat sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat, terutama warga miskin di desa Sudimoro.

 Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa sekarang bak penampungan air yang dibangun dengan dana BLM PNPM dan swadaya masyarakat bak penampungan air bersih telah bisa dimanfaatkan warga di desa Sudimoro,terutama warga miskin yang kesulitan air bersih,sehingga harapan masyarakat untuk menikmati air bersih bisa terwujud,dan  kesehatan masyarakat bisa terjaga dengan tersedianya sarana air bersih didesa Sudimoro,Amien.

 

 

 

Oleh : BKM Sudimoro Ngerembaka

 


Mengenang 2 Tahun di Sawit

DSCN2426 (Small)Maret 2007 tanggal 26 para faskel yang berada dibawah manajemen KMW XIII Magelang dimobilisasi ke kabupaten masing-masing, termasuk Kabupaten Boyolali. Diselingi dengan kegiatan-kegiatan coaching di kantor Koordinator Kota Boyolali, Tim Sawit (demikian kami menyebut diri karena mendampingi desa-desa di Kecamatan Sawit) mulai menjalankan apa yang menjadi tanggung jawab kami. Diawali dengan melakukan pemetaan sosial di delapan desa dampingan yakni Desa Gombang, Desa Manjung, Desa Kateguhan, Desa kemasan, Desa Cepokosawit, Desa Jenengan, Desa Tegalrejo serta Desa Tlawong.
Berlima kadang kita bersama-sama datang ke kelurahan, tetapi sering juga kita membagi diri menjadi dua. Salain Desa Jenengan dan Desa Tlawong, desa lainnya baru saja melakukan pemilihan lurah baru. Nah berhubung lurah baru belum dilantik maka kita menemui Penjabat Lurah, yang terkadang karena secara psikologis bukan lurah maka ketika menerima kita kadang dengan kurang bersahabat. Tetapi kita tanggapi dengan santai, karena sia-sia dong bila kita masukkan ke hati sebab sudah 12 hari kita digodog di Kaliurang untuk mengemban misi mulia mengembalikan watak manusia sesuai dengan fitrahnya. Ceilah… Hal tersebut justru kita jadikan tantangan. Pemberdaya sejati tak boleh takluk dan patah semangat…gitu Brur..
Bermacam tanggapan yang kita peroleh selama kita mengenalkan diri sambil melakukan pemetaan sosial. Ada yang pragmatis, menganggap sama seperti program-program lainnya, atau kadang dibanding-bandingkan dengan PPK yang juga pernah merambah kecamatan ini. Tetapi ada juga yang tertarik dengan konsep kami. Diluar itu semua kita selalu meyakini dan percaya bahwa P2KP adalah solusi yang paling tepat untuk penanggulangan kemiskinan (setidaknya sampai saat ini). Ini baru langkah awal bung.. Masih banyak orang-orang baik yang hanya belum ketemu saja untuk mau kita ajak berpikir, juga berkorban untuk masyarakat serta lingkungannya..
Yeah… Masih jauh perjalanan yang musti kita tempuhi. Kita jalani saja. Tentu dengan idealisme yang telah terbangun. Kalau suatu ketika lelah atau bad mood ya kita jalan-jalan, main game computer, atau melamun sambil dengerin lagu blues…So long…It was so long ago…But I still got the blues for you…


Kiat Membangun Team Building

MEMBANGUN TIM YANG KUAT

1. Mempunyai tekad menyelesaikan tujuan sesuai target.
2. Bekerja dalam lingkungan yang anggotanya saling terbuka dan percaya satu sama lainnya.
3. Merasa memiliki tim, dan secara sukarela mereka berpartisipasi di dalamnya.
4. Anggota terdiri atas orang dengan pengalaman, gagasan, pandangan, yang berbeda, dan perbedaan sangat dihargai.
5. Secara terus menerus belajar dan memperbaiki diri.
6. Mengerti peranan dan tanggung-jawabnya, saling menghargai satu sama lainnya.
7. Keputusan diambil berdasarkan konsensus
8. Berkomunikasi secara terbuka, langsung, dan saling mendengarkan satu sama lainnya secara obyektif dan penuh kesabaran.
9. Dapat menangani konflik tanpa harus memunculkan permusuhan.
10. Pemimpin harus partisipatif


Pemasaran Sosial

img_2501BKM merupakan organisasi nir laba yang memberi pelayanan kepada warga masyarakat untuk memperjuangkan isu penanggulangan kemiskinan tanpa memperhitungkan imbalan laba. Tugas BKM adalah membangun kepedulian berbagai pihak untuk bersama – sama menanggulangi kemiskinan terutama pada wilayah kelurahan/desa setempat. Dengan kata lain anggota BKM dan perangkat organisasinya merupakan agen perubahan sosial masyarakat serta wakil untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Gagasan – gagasan perubahan sosial sesuai dengan tujuan pembangunan yaitu untuk menjadikan masyarakat lebih maju, lebih mandiri dalam memecahkan persoalan kemiskinan yang pada kahirnya akan mencapai kepada cita – cita kesejahteraan dalam berbagai bidang (kesehatan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya).

Perubahan sosial yang difasilitasi oleh BKM yaitu :
• Mendorong masyarakat yang tidak berdaya dan selalu menggantungkan diri pada orang lain, menjadi masyarakat yang mampu membangun dirinya sendiri dengan cara terlibat aktif dari mulai perumusan masalah, kebutuhan, perencanaan, monitroing dan evaluasi dalam setiap kegiatan program penangggulangan kemiskinan.
• Mendorong kepedulian warga untuk menyisihkan waktu dan tenaga untuk membantu penanggulangan kemiskinan dengan menjadi relawan – relawan warga yang akan bertindak memfasilitasi keseluruhan proses daur program (siklus penanggulangan kemiskinan) dan menyumbangkan pemikiran ataupun dana untuk kegiatan – kegiatan program.
• Membangun kembali modal sosial di masyarakat yang selama ini sudah mulai luntur dengan dilandasi oleh nilai – nilai kejujuran, keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan nilai – nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan lainnya.
• Menjamin adanya kebijakan yang adil bagi semua pihak, dengan tidak membeda – bedakan golongan, status sosial, jenis kelamin dan perbedaan lainnya. Kebijakan yang dikeluarkan semata – mata untuk menanggulangi kemiskinan, artinya peruntukan dana – dana yang ada maupun programnya harus berorientasi pada kebutuhan warga miskin termasuk kaum perempuan. Kebijakan – kebijakan ini bisa tercermin dalam pranata – pranata yang disusun oleh BKM bersama masyarakat dan PJM Pronangkis.

Dalam melakukan proses perubahan, BKM dan masyarakat tidak dapat bekerja sendiri karena permasalahan kemiskinan yang dihadapi begitu kompleks. Diperlukan sumberdaya baik itu sumber daya manusia, sumber dana dari pihak lain dalam menjalankan programnya. Oleh karena itu BKM harus bertindak sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah dan sektor swasta dengan cara menggalang kerjasama dengan berbagai pihak, baik itu pihak pemerintah maupun sektor swasta ( perguruan tinggi, pengusaha, LSM dan kelompok peduli lainnya). Artinya BKM harus mampu mendorong kepedulian berbagai pihak untuk mendukung gagasan – gagasan perubahan sosial dalam penanggulangan kemiskinan.

Agar gagasan – gagasan perubahan tersebut dapat diterima dan mendapat dukungan berbagai pihak, maka BKM perlu mengkampanyekan (mempromosikan) kegiatan – kegiatan dan program – program penanggulangan kemiskinan yang sudah dan akan dilaksanakan agar diketahui, dipahami dan pada akhirnya menjadi tanggungjawab semua pihak. Kampanye tidak ubahnya seperti ‘iklan’/pemasaran untuk menjual produk , hanya saja dalam hal ini yang dijual adalah gagasan – gagasan sosial untuk penanggulangan kemiskinan, oleh karena itu pemasaran dalam bidang ini sering disebut sebagai pemasaran sosial.

Pemasaran Sosial ( Social Marketing)

Pemasaran adalah sebuah rangkaian kegiatan yang dimanfaatkan untuk memperoleh perhatian dari pembeli potensial, memotivasi calon pembeli agar membeli, mendapatkan mereka untuk sungguh – sungguh membeli, dan berusaha untuk mengajak mereka untuk membeli dan membeli lagi. Menurut Hermawan Kertajaya, pada prinsipnya marketing adalah sesuatu yang sangat sederhana, yaitu seni “menjual” diri atau organisasi.

Di dunia bisnis, marketing diartikan sebagai “kegiatan bisnis – fenomena perdagangan”, produk yang dijual bisa berupa barang atau jasa yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi dan bersifat profit. Sedangkan pemasaran sosial, adalah strategi “ menjual gagasan” untuk mengubah pemikiran, sikap, perilaku masyarakat atau kelompok – kelompok tertentu, terhadap isu atau gagasan yang ditawarkan.

Pemasaran sosial yang berkembang selama ini dilakukan oleh berbagai lembaga untuk memasarkan gagasan – gagasan yang berhubungan dengan perubahan sosial kepada masyarakat dan juga berbagai pihak lain yang bertujuan agar masyarakat mau berubah sikap dan perilakunya dalam pembangunan. Dalam hubungannya dengan BKM, gagasan sosial – gagasan sosial ini justru sudah dilakukan oleh masyarakat, yang perlu dilakukan adalah memasarkan perubahan – perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku yang sudah dilakukan oleh masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan kepada pihak luar. Diharapkan dengan melalui promosi dan mengkampanyekan apa yang sudah dilaksanakan oleh BKM dan masyarakat kepada pihak luar , baik berupa PJM Pronangkis maupun proses – proses yang dilakukan , pihak luar akan peduli dan mendukung BKM untuk mengimpelmentasikan gagasan – gagasan yang sudah disusun oleh masyarakat. Berdasarkan pengalaman, penerapan strategi pemasaran dalam dunia sosial terbukti dapat memberdayakan organisasi dalam memperoleh dukungan sumberdaya manusia (berupa bantuan teknis) maupun sumber dana potensial yang berasal dari para pihak (masyarakat, pemerintah maupun sektor swasta).

Lebih jauh lagi , pemasaran sosial berhubungan erat dengan kemitraan dan kebijakan. Upaya mendorong perubahan perilaku pada kalangan pengambil keputusan , baik itu lembaga pemerintah ataupun swasta, pada akhirnya diharapkan mampu mendorong tersusunnya sebuah kebijakan. Ketika pemerintah “membeli” gagasan sosial yang ditawarkan oleh BKM , misal melibatkan masyarakat dalam pengembangan program, diharapkan pemerintah bisa mengadopsi dan membuat kebijakan perencanaan partisipatif untuk program – program pembangunan. (by Marnia Nes)


Ijinkan Aku Hidup

Kegiatan SosialPelaksanaan program Imunisasi di Tanah Air masih belum optimal akibat minimnya akses penduduk didaerah terpencil. Hal ini diperparah oleh kurangnya kesadaran sebagian masyarakat terhadap pentingnya vaksinasi untuk menurunkan angka infeksi. Padahal imunisasi dasar lengkap membantu menurunkan angka kematian bayi dan anak balita akibat berbagai penyakit berbahaya. Karena itu cakupan imunisasi harus terus ditingkatkan hingga mencapai 100 persen agar tidak ada kelompok bayi dan anak balita yang rentan terpapar penyakit berbahaya. Menurut survey demografi dan kesehatan tahun 2002-2003 penyebab utama kematian bayi dan anak balita di Indonesia adalah infeksi saluran nafas ( pneumonia ), diare,tetanus dan kelainan saraf. Sejumlah penyakit berbahaya itu disebabkan karena virus atau bakteri dan dipengaruhi gizi kurang, lingkungan padat dan penuh polusi.
Pencegahan penyakit bayi dan anak balita secara umum dilakukan dengan menjaga kesehatan ibu hamil,keluarga berencana, pemberian ASI,perbaikan gizi,menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Hal ini juga terkait dengan kesehatan ibu pada saat kehamilan, juga kiranya perlu ada penanganan akan penanganan imunisasi ataupun penambahan gizi bagi ibu hamil dan jangan sampai ada penundaan dengan alasan yang kurang dapat diterima, karena kalau kita melihat ada beberapa wilayah yang penduduknya belum peduli akan keberadaan ibu hamil ( melihat kondisi kesehatannya ) karena kehamilan dianggap sebagai hal yang wajar dan bakal terjadi pada semua perempuan didunia ini, hal tersebut perlu ada semacam sosialisasi atau pemberian pemahaman kepada masyarakat secara luas terkait dengan keberadaan kesehatan ibu hamil dan kesehatan bayi dan anak balita. Dengan bercermin dari hal tersebut diatas perlu kita sayangkan bahwa masih ada kelompok masyarakat yang belum mau mengimunisasikan bayi dan balita serta ibu hamil, itu berarti orang itu belum sadar karena dengan imunisasi tidak akan dengan mudah bayi dan anak balita terkena penyakit berbahaya, resiko kematian tinggi dan penularan karena lingkungan yang kotor.
Dengan melihat ilustrasi diatas apabila dikaitkan dengan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat diKabupaten Boyolali, yang salah satu kegiatan TRI DAYA yaitu Daya Sosial pemanfaatan Bantuan Langsung Masyarakat juga diarahkan pada pemenuhan kesehatan Bayi,anak balita dan ibu hamil, dengan memberdayakan lembaga kesehatan yang ada di desa ( Posyandu,PKK dan kegiatan – kegiatan yang terkait langsung dengan penanganan kesehatan masyarakat ). Dan juga memanfaatkan tenaga medis ( Bidan Desa ) sebagai pelaksana tehnis dilapangan khususnya kesehatan bayi,anak balita dan ibu hamil. Terkait dengan hal tersebut program PNPM dengan DAYA Sosial yang dimotori oleh Badan Keswadayaan Masyarakat melalui tenaga Unit Pengelolaan Sosial mengajak masyarakat untuk memberikan sumbangan pemikiran,tenaga dalam penanganan kesehatan diwilayah desa masing-masing. Sasaran atau pemanfaat kegiatan social yang salah satunya Pemberian Tambahan Makanan untuk bayi,anak balita dan Ibu hamil serta kaum lansia dilihat dari hasil pemetaan swadaya ( PS2 ) criteria miskin ataupun sesuai dengan hasil criteria kemiskinan yang disepakati khususnya yang terkait dengan kesehatan masyarakat seperti :
• Pola makan sehari-hari
• Pemanfaatan sarana kesehatan yang ada disekitar wilayah ( misal: Bidan Desa.Puskesmas atau menggunakan obat tradisional )
• Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan keluarga ( bayi,anak balita ,ibu hamil dan kesehatan lingkungan sekitar )
• Kondisi rumah tinggal yang kurang layak huni
Hal – hal tersebut diatas perlu kiranya ada penanganan khusus dan dibutuhkan sebuah perencanaan yang baik agar kegiatan social ( penambahan makanan tambahan ) untuk bayi,anak balita, ibu hamil dan lansia dapat berlangsung menerus tanpa harus mengandalkan bantuan dari pemerintah ataupun program-program kesehatan yang akan dating. Karena kesehatan merupakan hak/kebutuhan seseorang secara pribadi atau secara kelompok .
Keterlibatan masyarakat sebagai control social di masyarakat diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengelola dalam hal ini Unit Pengelola Sosial serta peran aparat desa Cepokosawit juga memegang peranan dalam mesukseskan kegiatan penambahan makanan tambahan, serta dinas Kesehatan yang ada diwilayah Kecamatan sawit pada umumnya.
Sebuah niat yang tulus dari setiap anggota Kelompok Swadaya Masyarakat akan berdampak pada hasil yang memberikan nilai lebih dan tinggi harganya dibandingkan kalau penerima manfaat hanya mengharap bantuan tanpa ada niat untuk berusaha dan mengembangkan apa yang direncanakan,dikelola,diawasi oleh seluruh lapisan masyarakat.